Minggu, 04 April 2010

Mengenal Buah Pace (Mengkudu)

Pohon setinggi 3-8 m dengan
batang pokok jelas. Daun bertepi
rata, berwarna hijau kekuningan.
Bunganya berbentuk bonggol
diketiak daun. Buahnya berbenjol-
benjol tidak teratur. Panjangnya
mencapai 5-10 cm. pace tumbuh
pada tanah berkapur ketinggian
1.000m dpl.
Kandungan dan khasiat
Scopoletin, senyawa ini berfungsi
mengatur tekanan darah. Saat
tekanan darah tinggi, scopoletin
membantu menurunkan. Sebaliknya
bila tekanan darah menjadi rendah,
ia akan menaikkannya. Selain
berindikasi antibakteri, senyawa ini
juga mengatur hormone serotonin,
yang membantu menurunkan kadar
kecemasan dan depresi.
Morindin, zat ini berkhasiat dalam
meningkatkan system pertahanan
tubuh. Selain dua zat di atas, pace
juga mengandung gum, asam
malat, asam sitrat, dan senyawa
antiseptic.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian, ada sekitar
61 lebih senyawa berkhasiat yang
dikandung mengkudu. Mereka
bekerja secara sinergis dan
misterius. Contohnya, beberapa
senyawa yang berperan aktif dalam
pengobatan penyakit tertentu, bukan
berarti hanya senyawa itu yang
berkontribusi. Tapi disokong juga
oleh senyawa lainnya. Itulah
sebabnya mengkonsumsi hasil
ekstraksi satu senyawa bakal
berbeda khasiatnya dibandingkan
dengan kalau kita menenggak sari
buah mengkudu secara
keseluruhan.
Katakanlah dalam mengobati
tekanan darah. Sari buah mengkudu
bisa meningkatkan tekanan darah
bagi penderita darah rendah tapi di
lain sisi bisa menurunkan tensi
darah bagi penderita hipertensi.
Fenomena itu tidak akan terjadi pada
buah mengkudu yang diekstrak.
Menurut penelitian dr. Mona
Harrison dari fakultas Kedokteran
Universitas Bolton, konsumsi sari
buah megkudu akan membantu
penyediaan hormone xeronine.
Xeronine dari mengkudu bekerja
secara kontradiktif. Pada penderita
tekanan darah tinggi, xeronin
menurunkan tekanan darah menjadi
normal. Pada penderita tekanan
darah rendah, mengkudu
meningkatkan tekanan darah darah.
Dengan kata lain, sari buah
mengkudu berfungsi sebagai
adaptogen, penyeimbang fungsi sel-
sel tubuh.
Efek kontradiktif buah mengkudu
juga telah diteliti oleh Y. Murati (1981)
dari fakultas Kedokteran UGM.
Perasan daging buah mengkudu
memberikan perubahan sangat
berarti pada jantung, yaitu
menurunkan kekuatan kontraksi otot
jantung, menurunkan kecepatan
denyut jantung dan menaikkan
jumlah aliran darah koroner jantung
setiap menitnya.
Uji praklinis pada tungkai bawah
kucing menunjukkan pengaruh
hipotensif, yaitu menurunkan
tahanan aliran darah (vasodilatasi)
pembuluh darah tungkai bawah
kucing tapi juga mempunyai efek
hipertensif. penelitian oleh A.M.
Djojosugito dkk. (1975-1976) itu
menunjukkan, dalam sari buah
mengkudu setidaknya terdapat dua
komponen yang bersifat
berlawanan.
Dalam penelusuran Luki yang
pernah mengenyam pendidikan
farmasi di Bandung, sari mengkudu
juga mengandung scopoletin. Salah
satu fungsinya, membersihkan
endapan penyebab arteroklerosis
dalam pembuluh darah. Dengan
demikian, pembuluh darah menjadi
lentur sehingga kerja jantung
memompa darah tidak begitu berat.
Hasil penelitian F.H.A Dwiyanto
(1996) dari Fakultas Biologi UGM,
Hadinoto dkk. (1993) dari Jurusan
Farmasi UNHAS dan I. Jumiati (1997)
dari Fakultas Kedokteran UGM, buah
pace mempunyai efek menurunkan
kadar glukosa darah tikus putih.
Mekanisme kerja hipoglikemik
melalui hambatan absorbsi glukosa
pada usus dan meningkatkan
sekresi insulin.
Jadi kerja buah mengkudu tidak
langsung menurunkan kadar gula
dalam darah. Melainkan
meningkatkan insulin yang
mengatur keberadaan gula dalam
darah.
Pace juga mengandung antiseptic
dan antibakteri pathogen yaitu
Eschericia colli, Salmonella dan
Staphylococcus aureus. Hal ini
diperkuat oleh penelitian Ester (1992)
dari Fakultas Farmasi UGM.
Anne Hirazu,I dalam tesis doktornya
membuktikan bahwa mengkudu
matang mengandung gum arab
dan berbagai jenis glukosa yang
punya daya antitumor dan
menstimulir kekebalan tubuh. Aerta
mengandung senyawa aktif
merangsang kelenjar pineal
mengeluarkan serotonin dan
endorphin (morfin tubuh). Makanya
mengkudu sering digunakan dalam
terapi narkoba.
Sumber : Majalah Flona edisi 27/II-
mei 2005 Hal. 16 dan 22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar